sumber : https://jawabanuas.com/lengkap.php?id=149
Hadirin, hadirat jemaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Khutbah ini hanya akan menjadi kata-kata tidak bermakna, bahkan khubah Jumat menjadi batal kalau tidak disebut namanya. "“kullu amrin dzi baalin..." semua amal yang baik kalau tidak diawali dengan pujian kepada Allah maka amal itu putus tidak bernilai. Maka khatib mengawali dengan namaNya, Alhamdulillahirobbilalamin. Hidup inipun tidak bermakna, semua yang hidup, binatang hidup, pokok kayupun hidup. Apa bedanya dengan hidup manusia. Hidup manusia menjadi bermakna karena diawali dengan namanya Alhamdulillahi ladzi ahyana ba'da ma amatana wailaihin nusyur.
Makanan hanyalah sebagai calon-calon sampah, bakteri dan busuk. ما أكلت فأفنيت yang kau makan akan busuk,أو لبست فأبليت yang kau pakai akan lapuk.
Makanan hanyalah sebagai calon-calon sampah, bakteri dan busuk. ما أكلت فأفنيت yang kau makan akan busuk,أو لبست فأبليت yang kau pakai akan lapuk.
Makanan itu akan bermakna, bernilai ibadah dihadapan Allah ketika nama Nya disebut. Dalam hadist yang lebih panjang, meskipun doif tetapi boleh diamalkan untuk motivasi beramal اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْمَا رَزَقْتَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. Allahumma barik lana fima razaqtana waqina adzabannar. Menyebut nama Nya merubah sampah menjadi ibadah. Menyebut nama Nya, kata-kata tak bermakna menjadi ibadah. Menuliskan nama Nya dikertas yang sebelumnya hanyalah kertas tak bermaka, namun ketika nama Nya ada jadi sucilah dia. "La Yamassuhu Illal Muthaharun", tidak boleh disentuh kecuali oleh orang yang suci, bersih dari hadas dan najis. "Innahu Min Sulaiman Wainnahu Bismillahirrohmanirrohim". Hati yang cemas, hati yang gundah, hati yang sedih, tiba-tiba kecemasan dan ketakutan menjadi hilang ketika disebut nama Nya.
Yaa Muhammad, yaa Rasulullah, andai orang kafir kuraish itu menoleh kebawah, tentulah mereka akan menangkap kita, tentulah mereka akan membunuh kita, karena kita sudah lari dari kejaran mereka. Ketika mereka berdua berada didalam gua, ketika Dia berkata kepada sahabatnya yang sedang ketakutan dan cemas "La Tahzan" jangan takut, jangan cemas, jangan khawatir, "Innallaha Ma'ana", Allah bersama kita. Hao Abu Bakar Shiddiq, jangan kau sangka kita berdua, ada Allah diantara kita. "wahuwa ma'akum ainama kuntum", Ia selalu bersama dimanapun kamu berada. Ketika dunia terasa sempit. Ya Allah, dunia ini terasa sempit bagiku padahal sebelumnya lapang. Kalau terasa sempit dunia, hembuskanlah nafas panjang, katakan Ya Allah. “Idza sa'alta fas'alillah" kalau kau meminta, mintalah pada Allah, "wa idza ista'anta fasta'in billah”, kalau memohon pertolongan, mohonlah pada Allah. Tempat yang kotor, tempatnya setan tapi ketika nama Nya disebut tempat itu berubah menjadi bernilai ibadah. “Allahumma inni a'udzu bika minal khubutsi wal khobaits”. Ditempat itu tidak boleh disebut nama Nya. Tulisan yang ada dicincin "Muhammad Rasulullah" tidak boleh dibawa kedalamnya, lalu hamba itu merasa dirinya berdosa keluar dari tempat najis kotor berbau busuk itu. Dia langkahkan kaki kanan dan dia katakan "ampunkan aku Ya Allah" karena aku lalai, lidah yang kau ciptakan untuk menyebut nama Mu , karena tidak boleh menyebut nama yang suci di tempat yang kotor. Begitulah hidup orang beriman. tidak pernah kosong dari sesuatu apapun selain keluar dari mulutnya "masya Allah, la hawla walakuata illa billah, subhanallah". Bahkan ketika dia berkata akan berbuat esok hari, Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam ditegur, "wa la taqulanna li syai-in inni fa'ilun dzalika ghoda" , jangan kau katakan aku akan melakukan perbuatan itu pada esok pagi, "illa ay yasya-Allah" melainkan Allah yang berkehendak. Dialah yang memberikan kudrat, yang memberikan iradat. Kita tunduk dan patuh, bersimpuh berkata "la hawla walakuata illa billah". Tiada daya, tiada upaya kecuali dengan kekuatan, dengan tenaga, dengan apa yang Dia berikan dan sampai masanya semuanya itu akan diminta, dituntut pertanggungjawaban dihadapan AllahSubhanahu wa Ta'ala.
Nikmat terbesar bagi kita hari ini bukan kaya. Banyak orang yang kaya tapi harta tidak bisa menolong di hadapan Allah. Nikmat terbesar bagi kita hari ini bukanlah jabatan. Berapa banyak jabatan tapi tidak bisa menolong melepaskan dari neraka jahanam. Kalaulah manusia itu mulia karena jabatan, maka Firaun jauh lebih mulia. Kalaulah manusia itu mulia karena harta, maka Qarun yang sampai hari ini orang berkata untuk harta yang tertimbun didalam tanah sebagai harta qarun. Kalaulah orang mulia karena otaknya, maka tidak ada yang lebih cerdas daripada Haman. Tapi kemuliaan terletak pada : Ya Allah, jadikanlah akhir kalam kami ketika ajal sampai, ucapan terakhir yang keluar dari mulut kami adalah "La ila Hailallah". Itu yang dulu pertama didengar, sebejat apapun seorang ayah, sejahat apapun seorang ayah ketika anaknya lahir air matanya menetes. Mengikut hadis dalam riwayar Sunan At Tarmizi,dalam hadis hasan yang layak diamalkan tetap dia bisikkan ke telinga anaknya "Allahu Akbar, Allahu Akbar". Lafaz itu yang dia bisikkan. Apa yang dia inginkan? Anakku, aku tidak ingin kau menjadi orang kaya tetapi kau tidak menyebut Allah. Aku tidak ingin kau menjadi penguasa taoi kau tidak kenal Allah. Aku tidak ingin kau menjadi orang yang cerdas di atas rata-rata, orang memuji mu tapi kau tidak mengenal Allah. Aku hanya ingin saat diakhir hayatku, saat aku terbujur kaku yang terakhir membisikkan ke telingaku lafaz Allah, karena yang mengajar kau dulu adalah aku saat matamu belum terbuka, saat mulutmu menganga karena tangisan. Ketika bisikan itu sayup-sayup sampai ke pangkal telinga, tertancap ke dalam lubuk hati yang paling dalam. Kau juga akan membisikkan ke telingaku. Talkinkan orang yang mati/sakratul maut diantara kamu dengan bunyi kalimat "La ila hailallah".
Dunia tidak akan kiamat selama masih ada orang berjalan diatas muka bumi berkata "Allah, Allah". Kalau kau panggil di Ya Rahman, maka saat itu kau sedang memberikan sifat rahman, kasih sayang. Saat kau panggil dia Ya Aziz, saat itu engkau sedang memberikan sifat keperkasaan, keagungan, kemuliaan. Tapi saat kau katakan Ya Allah, kalau kau panggil di Ya Allah, saat itu engkau sedang menyebut dia dengan nama-nama, sifat-sifat keindahan dan kemuliaan. Jangan hanya kau katakan diujung lidahmua, karena dulupun mereka berkata "Aku beriman kepada Allah" tapi kemudian ketika perbuatan tidak berpengaruh apa-apa. Mulutnya berkata Ya Allah , tanganya menyuap yang haram. Matanya memandang yang dilarang. Kakinya melangkah ketempat yang tidak diridhoi Allah.
"wa minan-nasi may-yaqulu amanna" ada diantara manusia yang berkata dengan mulutnya. Sulitkah berkata dengan lidah yang tidak bertulang? tidak ada susahnya, berkata sesuai apa yang kau mau, tapi ketika dia tidak masuk kedalam hati, lain dibibir lain dihati. Orang-orang munafik letaknya di neraka jahanam.
"wa minan-nasi may-yaqulu amanna" ada diantara manusia yang berkata dengan mulutnya. Sulitkah berkata dengan lidah yang tidak bertulang? tidak ada susahnya, berkata sesuai apa yang kau mau, tapi ketika dia tidak masuk kedalam hati, lain dibibir lain dihati. Orang-orang munafik letaknya di neraka jahanam.
Ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam sampai disuatu kampung, orang-orang arab badui itu berkata "kami beriman kepada Allah" Langsung perintah datang, "Katakan Ya Muhammad, kamu belum beriman, kamu baru sekedar berserah diri kepada Allah". Iman belum masuk kedalam hati kamu.
Sendirian, tidak ada teman dan sahabat. Dibelakang ada pasukan Firaun yang akan membunuh, didepan ada lautan luas yang akan menelan. Laut merah siap menyantap mahluk yang lemah itu. Saat itu apa kata bala tentara Firaun, bunuh dia, dia sudah melarikan diri, habisi nyawanya. Dan kawan-kawan yang sebelumnya dianggap sebagai sahabat, ternyata mereka hanyalah musuh yang berbaju kawan. Mereka adalah lawan yang sudah mencuri tempat dibarisan kawan. Apa kata mereka, "kita akan tertangkap, lihatlah mereka dibelakang". Ternyata tidak semua kawan itu membisikkan ketenangan hati. Banyak juga kawan yang menyiramkan bensin dilalang yang kering. Mereka hanya akan memprovokasi, akan menakuti-nakuti, menanamkan kecemasan. Apa yang keluar dari mulut Musa, "Kalla" sekali-kali titak, Kalla inna ma'iya rabbi sayahdiin. Bersamaku ada Allah. Kalian mungkin tidak bersama Allah, tapi bersamaku ada Allah. Lihatlah beda jawaban Musa dengan jawaban Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam. Musa berkata "bersamaku", tapi Muhammad berkata "Allah bersama kita". Kenapa yang satu berkata Allah bersamaku? karena memang tidak ada lagi kawan yang mampu memberikan pertolongan. Mengapa Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam berkata bersama kami, karena masih ada Abu Bakar, Umar, Usman, Ali dll. Ternyata dalam perjalanan ini ada Allah, tapi Allah mengirim kawan-kawan, sahabat-sahabat.
Musa tidak meminta tongkat yang bisa berobah menjadi ular, dia tidak minta apapun, dia hanya minta seorang kawan dari keluargaku yang bisa menolong aku berbagi cerita suka dan duka, saudaraku itu bernama Harun.
Sendirian, tidak ada teman dan sahabat. Dibelakang ada pasukan Firaun yang akan membunuh, didepan ada lautan luas yang akan menelan. Laut merah siap menyantap mahluk yang lemah itu. Saat itu apa kata bala tentara Firaun, bunuh dia, dia sudah melarikan diri, habisi nyawanya. Dan kawan-kawan yang sebelumnya dianggap sebagai sahabat, ternyata mereka hanyalah musuh yang berbaju kawan. Mereka adalah lawan yang sudah mencuri tempat dibarisan kawan. Apa kata mereka, "kita akan tertangkap, lihatlah mereka dibelakang". Ternyata tidak semua kawan itu membisikkan ketenangan hati. Banyak juga kawan yang menyiramkan bensin dilalang yang kering. Mereka hanya akan memprovokasi, akan menakuti-nakuti, menanamkan kecemasan. Apa yang keluar dari mulut Musa, "Kalla" sekali-kali titak, Kalla inna ma'iya rabbi sayahdiin. Bersamaku ada Allah. Kalian mungkin tidak bersama Allah, tapi bersamaku ada Allah. Lihatlah beda jawaban Musa dengan jawaban Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam. Musa berkata "bersamaku", tapi Muhammad berkata "Allah bersama kita". Kenapa yang satu berkata Allah bersamaku? karena memang tidak ada lagi kawan yang mampu memberikan pertolongan. Mengapa Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam berkata bersama kami, karena masih ada Abu Bakar, Umar, Usman, Ali dll. Ternyata dalam perjalanan ini ada Allah, tapi Allah mengirim kawan-kawan, sahabat-sahabat.
Musa tidak meminta tongkat yang bisa berobah menjadi ular, dia tidak minta apapun, dia hanya minta seorang kawan dari keluargaku yang bisa menolong aku berbagi cerita suka dan duka, saudaraku itu bernama Harun.
Isa Alaihissalam, walaupun dia bisa menghidupkan orang mati karena izin Allah. Walaupun dia bisa menyembuhkan penyakit kusta, lepra karena izin Allah, bisa menghilangkan penyakit buta. Tapi Dia tidak sombong. Saat itu Dia berkata "Siapa yang menolong aku menegakkan agama Allah?", sahabat-sahabatnya berkata "kami yang akan menolong". Jangan takut, jangan sedih, jangan berduka cita, Allah ada bersama kita, dan ada orang-orang yang dalam hatinya ada bersemayam kalimat Allah. Mereka ini adalah sahabat, kawan. Siapa diantara kamu yang meninggalkan agama ini, jangan takut, jangan cemas, Allah akan ganti mereka dengan sekelompok manusia yang lebih baik. Allah cinta kepada mereka, mereka cinta kepada Allah, mereka berjihad di jalan Allah dengan harta dan nyawa mereka. Mereka tidak takut kepada orang-orang yang mengejek, orang-orang yang mencaci karena bagi mereka itu hanyalah bunga-bunga dakwah, kerikil-kerikil kecil. Akan ada balasan yang besar. Sudah kusediakan bagi hamba-hambaku yang shaleh. Tak pernah dilihat mata, tak pernah didengar telinga dan tak pernah terlintas dihati manusia. Mereka inilah yang mendapat ucapan selamat. Bukan selamat dari penguasa, bukan selamat dari orang kaya tetapi selamat dari (azab) Allah. Kemuliaan, keagungan. Dan ketika mereka dipersilahkan masuk kedalam surga, "Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kehadirat tuhanmu". Ini bukan tempatmu, ini hanya persinggahan sementara, disini bukan tempat keabadian, kau asing disini, maka secukupnya saja kau berada disini. Kembalilah dalam keadaan jiwa yang ridho dan diridhoi Allah, masuklah kedalam surgaku.
Merenung sejenak. Keluarkah kalimat Allah dari mulut kita ketika kesusahan datang. Keluarkah kalimat Allah dari mulut kita ketika sumpah serapah datang. Ataukah hanya sekedar kata-kata yang hanya ada saat senang. Jika susah dan senang membuat perbedaan. Pujian membuat melambung, caci maki membuat murung sesungguhnya itu (berarti) belumlah kita beramal Mukhlisina Lahuddin. Merenung sejenak, mengingatkan hati yang lupa yang hampa bahwa sampai ke masanya, kata-kata itulah yang dapat membuat kita bersama dengan Allah.
BarakaLlahu li wa lakum fil qur'anil karim wa nafa-'ani wa iyyakum bimaa fihi minal aayati wa dzikril hakim.
Komentar
Posting Komentar